Monday, March 14, 2011

Menjadi Mulia Tak Perlu Menunggu Kaya

Diposkan oleh wahyuekop di 5:32 PM ,
Oleh: Ratna Utami
Ini sebuah kisah nyata: ada dua orang wanita yang tinggal
serumah. Keduanya selalu menyisihkan sebagian harta yang dititipkan Allah pada
mereka dengan cara berinfak. Hal ini mungkin bukan sesuatu yang menarik untuk
dibicarakan. Tetapi tunggu, ulama tersebut melanjutkan kisahnya.
Siapakah kedua wanita yang tinggal dalam satu atap itu? Mereka bukanlah anak
dan ibu atau kakak beradik. Lalu, siapakah gerangan mereka? Keduanya tak lain
adalah seorang majikan dan pembantunya.
Tanpa diketahui oleh masing-masing, sang pembantu selalu menyisihkan rezeki
yang diperoleh setiap kali menerima gaji, demikian pula dengan sang majikan.
Secara logika kita pastinya berfikir bahwa penghasilan sang majikan lebih besar
dari sang pembantu, maka infaknya pun tentu akan lebih besar. Sang pembantu,
berapalah ia mampu infakkan, apalagi harus berbagi dengan kebutuhan hidup dan
biaya pendidikan anak-anaknya.
Namun, Allah mempunyai matematika lain. Dengan gaji tak seberapa plus
dipotong infak, ia hidup cukup. Anak-anaknya bersekolah sampai jenjang tertinggi.
Tentu saja bagi orang beriman yang mengakui bahwa hanya Allah yang berkuasa
memberi rezeki, tak kan pernah heran atau terlontar tanya seperti demikian.
Karena sudah jelas tercantum firman-Nya dalam Alquran:
“Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir
biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah
melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-
Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS Al-Baqarah: 261).
“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan
dan meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, akan dilipatgandakan
(balasannya) bagi mereka, dan mereka akan mendapat pahala yang mulia.” (QS
Al-Hadid: 18)
Demikianlah, Allah telah banyak menunjukkan salah satu contoh kekuasaan-Nya
melalui kisah serupa. Sebagai sebuah pelajaran supaya cukuplah Allah tempat kita
menyandarkan keyakinan sepenuhnya atas rezeki yang diberikan-Nya. Di samping
itu kita tidak perlu merasa khawatir untuk bersedekah atau menginfakkan
sebagian rezeki yang Allah titipkan tersebut karena janji Allah pastilah benar
adanya. Kita pun tak perlu menunggu menjadi orang kaya untuk berbagi rezeki
demi mendapatkan kemuliaan di hadapan-Nya.
“.... Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang
yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.”(QS Al Hujuraat [49]:13).
_____________________________________________________________
Anda ingin bersedekah pengetahuan dan kebaikan? Mari berbagi hikmah dengan
pembaca Republika Online. Kirim naskah Anda melalui hikmah@rol.republika.co.id.
Rubrik ini adalah dari dan untuk sidang pembaca sekalian.
Red: Siwi Tri Puji B

Sumber : Republika Online

Back Top